Pengalaman Hidup Seseorang

Jumat, 26 April 2013
Putra seorang teman setelah lulus dari universitas, setiap hari berada di rumah, tidak mencari kerja, setiap hari di siang hari tidur, malam hari main internet.
Belakangan ini masih meminta biaya kepada ibunya untuk sekolah ke Amerika. Teman meminta nasehat kapada saya apakah akan membiarkan anaknya pergi atau tidak?
Saya memandang rambutnya yang penuh uban dan berkata, “Jika engkau ingin anakmu mempunyai masa depan yang baik, biarkan dia pergi, tetapi jangan memberinya uang.”
Saya teringat kepada cerita adik ipar saya.
Adik ipar saya adalah seorang Amerika, dari kecil dia ingin menjadi pelaut, berpetualang ke seluruh dunia. Dia ingin setelah selesai mengelilingi dunia baru melanjutkan kuliahnya. Walaupun ayahnya adalah seorang dokter, kondisi ekonomi keluarganya bagus, tetapi orangtuanya tidak memberikan dia uang. Dia juga tidak meminta kepada orang tuanya.
Setelah tamat SMA dia pergi ke Alaska bekerja sebagai penebang kayu untuk menabung. Musim panas di Alaska, siang harinya sangat panjang. Matahari masih bersinar sampai jam 3 dini hari. Jadi  setiap hari dia bekerja 16 jam. Menebang kayu satu musim gajinya bisa mencukupi dia untuk mengeliling dunia 3 musim.
Pada tahun kedua setelah mengelilingi seluruh dunia dia kembali ke bangku kuliah. Karena dia kuliah atas kehendaknya sendiri, maka dia dalam 3 tahun menyelesaikan kuliah yang seharusnya diselesaikan dalam 4 tahun. Setelah lulus dari universitas dia mendapatkan pekerjaan yang bagus, setiap langkah yang dilalui berjalan lancar, dengan cepat dia dipromosi menjadi direktur.
Pada suatu ketika, dia menceritakan kepada saya pengalaman kecil yang membuat dia seumur hidup mengingat hal tersebut. 
Saat dia sedang bekerja di Alaska, dia dan seorang rekan kerjanya ketika sedang menebang kayu mendengar lolongan srigala. Mereka sangat gugup memandang ke sekelilingnya mencari, akhirnya mereka melihat seekor srigala betina kakinya terjebak di perangkap yang dipasang pemburu. Srigala itu melolong kesakitan.
Setelah melihat perangkap, mereka tahu itu adalah perangkap yang dipasang oleh seorang rekan mereka. Pekerjaan sampingan rekan mereka adalah berburu. Setelah mendapat buruan, bulu buruannya akan dijual  untuk menambah pencaharian. Namun rekannya itu mendapat serangan jantung dan telah diantar dengan helikopter ke rumah sakit.
Srigala betina ini jika tidak ada orang yang mengurus pasti akan mati kelaparan. Dia ingin melepaskan srigala betina ini, tetapi srigala ini sangat ganas, dia tidak bisa mendekatinya. Dia melihat srigala ini sedang meneteskan susu, berarti ada anak srigala di sarangnya yang memerlukan susu ibunya.
Lalu dia dan rekannya pergi mencari sarang srigala, akhirnya mereka menemukan 4 ekor srigala kecil, mereka lalu membawanya menyusui ke ibunya. Supaya anak srigala tidak mati kelaparan, mereka memberikan makanan kepada srigala betina, supaya srigala betina ini dapat bertahan hidup. Di malam hari mereka mendirikan kemah dan menginap didekat srigala betina beserta anaknya untuk melindungi mereka, karena kaki srigala betina kena perangkap, tidak berdaya.
Sampai hari ke lima, ketika dia pergi memberinya makanan, dia melihat srigala betina ini menggoyang-goyangkan buntutnya, dia menyadari srigala tersebut telah mulai percaya kepadanya. Tiga hari kemudian, srigala betina membiarkan dia mendekat serta membiarkan dia melepaskan perangkap dikakinya.
Setelah srigala betina bebas, srigala ini menjilat tangannya serta membiarkan dia mengobati luka kakinya, kemudian membawa anak-anaknya pergi, sepanjang jalan masih membalikkan kepalanya memandang ke dia.
Dia duduk diatas batu besar memikirkan hal tersebut, jika  manusia dapat membiarkan binatang buas menjilat tangannya, menjadi teman, apakah manusia tidak bisa membiarkan orang lain melepaskan senjatanya menjadi teman?
Dia berjanji mulai saat ini dia akan terlebih dahulu menunjukkan ketulusan hati terhadap orang lain, orang lain pasti juga akan bersifat tulus. Sambil bercanda dia berkata jika tidak demikian, maka akan lebih buruk dari binatang.
Oleh sebab itu di perusahaannya dia selalu bersikap tulus terhadap orang lain, selalu membantu dan memperhatikan kepentingan orang lain. Dampaknya setiap tahun dia selalu naik pangkat, dengan cepat dia menjadi direktur di kantornya. Setiap hari dia hidup dengan gembira, orang yang membantu orang lain lebih bahagia daripada orang yang dibantu, walaupun dia tidak tahu ada pepatah Tiongkok, “memberi lebih bahagia daripada menerima.” Tetapi didalam kehidupannya hal tersebut terbukti benar.
Dia mengatakan kepada saya, dia sangat bersyukur terhadap pengalaman tak terlupakan selama di Alaska. Orang yang melalui penderitaan baru bisa menjadi matang.
Jika seseorang setelah tamat kuliah tidak tahu apa yang diinginkan, lebih bagus membiarkan dia pergi keluar mencari pengalaman, jangan memberinya uang, biarkan dia mandiri, berikan kepadanya kesempatan untuk membuktikan dirinya mempunyai kemampuan, sehingga dia akan mendapat pengalaman yang akan diingat dan dihargai seumur hidupnya.