Resensi Novel Marmut Merah Jambu

Senin, 14 Januari 2013

[Resensi Buku] Raditya Dika - Marmut Merah Jambu 

 

Nothing takes the flavor out of peanut butter quite like unrequited love   - Charlie Brown
Telat banget.
Yak, mungkin emang agak telat gw ngomongin buku ini. Terbit tahun 2010, dan gw baru baca di September 2012. Padahal bisa dibilang, gw termasuk pembaca setia blognya Radit dan ngikutin semua buku dia sebelumnya. (Mungkin emang baru jodoh aja kali)
               
                Lebih tebel dari yang lain (218 halaman), dan covernya sendiri, secara pribadi gw suka. Udah berapa tahun ya berarti sejak gw baca bukunya yang terakhir, Babi Ngesot? 3 tahun? 4 tahun? Rasanya udah lama banget. Udah agak-agak lupa detail ceritanya kayak gimana. Tapi inget gambaran umum dan kesan yang tertinggal. Hidupnya, cara pandang dia, dan cara dia nyeritain lagi ke orang lain, semuanya absurd, tapi menyenangkan =)
               
                So, pada saat gw baca si Marmut Merah Jambu ini, sedikit banyak kayaknya gw masih bisa ngebandingin dengan 4 bukunya yang lain, dan menurut gw, cerita-cerita di buku ini, emang lebih “dalem”. Radit keliatan menggali nilai-nilai dalam kisah hidupnya yang kebetulan di edisi kali ini memang bertema besar tentang ‘jatuh cinta’. Walaupun tetap dengan gaya khasnya yang absurd dan mancing orang untuk ketawa, tapi hasil eksplorasi tadi bikin cerita-cerita yang dia sampaikan itu jadi gak shallow. (PS: Saat baca, gw lagi agak mellow)
                “Dalem” yang gw maksud terutama ada di chapter-chapter awal. Cerita tentang jatuh cinta diam-diam, kelakukan orang yang terlalu suka sama kakak kelasnya, sunatan karena gebetan, semuanya adalah pengalaman pribadi yang konyol, tapi diakhiri dengan kalimat penutup yang cukup JLEB di hati.
               
                Sayangnya, ada chapter dimana bahannya udah dipake Radit di stand-up comedy. (Ya, silakan salahkan gw yang yang bacanya baru sekarang, tapi ya jelas jadinya gak surprising dan sangat expectable).
                Tapi di luar bagian itu, kita juga jadi bisa tau proses lahirnya film ‘Kambing Jantan’ (yang gokil banget, pas ngobrol sama produser berselera pasar), resiko jadi penulis absurd yang punya fans-fans absurd juga (gw sampe penasaran kejadian ini emang nyata atau agak fiksi), dan yang paling gossipable, pastinya kisah cinta dengan seorang penyanyi nasional kita, yang walaupun semua orang udah tau siapa, tapi tetep aja namanya disamarkan menjadi Shero (wuidiii… “geretan.. jadinya geregetan..”). Hehe…
                Dan akhirnya halaman per halaman pun ditutup manis dengan makna dari judul buku ini sendiri.
                Gw rasa, sebagai personal, Radit pasti mengalami banyak perubahan. Kesan “lebih dewasa” mau gak mau gak bisa terelakkan. Semoga dalam konteks itu, dia gak terlalu punya kekhawatiran. Karena pembaca-pembacanya pun pasti sama-sama berkembang. Walaupun dengan seiring waktu semua orang memang akan jadi lebih bijak, toh sifat ngocolnya emang udah jadi karakter dan berakar. Intinya, kalo ntar dia bikin buku yang agak serius, gw sih oke-oke aja. (Lah, siapa gw? =)))
Note: Di buku ini, ada gombalan-gombalan ‘papa kamu’. Dan mengingat ini ditulis udah lama, apakah inilah awal muasalnya? Atau memang ada yang lebih dulu mencetusnya? (Yea,yea,, what kind of things that originally original in this such global world?) #JustCurious

0 komentar:

Posting Komentar