[Resensi Buku] Raditya Dika - Marmut Merah Jambu
Nothing
takes the flavor out of peanut butter quite like unrequited love -
Charlie Brown
Telat banget.
Yak, mungkin emang agak telat gw ngomongin
buku ini. Terbit tahun 2010, dan gw baru baca di September 2012. Padahal bisa
dibilang, gw termasuk pembaca setia blognya Radit dan ngikutin semua buku dia
sebelumnya. (Mungkin emang baru jodoh aja kali)
Lebih
tebel dari yang lain (218 halaman), dan covernya sendiri, secara pribadi gw
suka. Udah berapa tahun ya berarti sejak gw baca bukunya yang terakhir, Babi Ngesot? 3 tahun? 4 tahun? Rasanya
udah lama banget. Udah agak-agak lupa detail ceritanya kayak gimana. Tapi inget
gambaran umum dan kesan yang tertinggal. Hidupnya, cara pandang dia, dan cara
dia nyeritain lagi ke orang lain, semuanya absurd, tapi menyenangkan =)
So,
pada saat gw baca si Marmut Merah Jambu ini, sedikit banyak kayaknya gw masih
bisa ngebandingin dengan 4 bukunya yang lain, dan menurut gw, cerita-cerita di
buku ini, emang lebih “dalem”. Radit keliatan menggali nilai-nilai dalam kisah
hidupnya yang kebetulan di edisi kali ini memang bertema besar tentang ‘jatuh
cinta’. Walaupun tetap dengan gaya khasnya yang absurd dan mancing orang untuk
ketawa, tapi hasil eksplorasi tadi bikin cerita-cerita yang dia sampaikan itu
jadi gak shallow. (PS: Saat baca, gw lagi
agak mellow)
“Dalem”
yang gw maksud terutama ada di chapter-chapter awal. Cerita tentang jatuh cinta
diam-diam, kelakukan orang yang terlalu suka sama kakak kelasnya, sunatan
karena gebetan, semuanya adalah pengalaman pribadi yang konyol, tapi diakhiri
dengan kalimat penutup yang cukup JLEB di hati.
Sayangnya,
ada chapter dimana bahannya udah dipake Radit di stand-up comedy. (Ya, silakan
salahkan gw yang yang bacanya baru sekarang, tapi ya jelas jadinya gak
surprising dan sangat expectable).
Tapi
di luar bagian itu, kita juga jadi bisa tau proses lahirnya film ‘Kambing
Jantan’ (yang gokil banget, pas ngobrol sama produser berselera pasar), resiko
jadi penulis absurd yang punya fans-fans absurd juga (gw sampe penasaran
kejadian ini emang nyata atau agak fiksi), dan yang paling gossipable, pastinya kisah cinta dengan seorang penyanyi nasional
kita, yang walaupun semua orang udah tau siapa, tapi tetep aja namanya disamarkan
menjadi Shero (wuidiii… “geretan.. jadinya geregetan..”). Hehe…
Dan
akhirnya halaman per halaman pun ditutup manis dengan makna dari judul buku ini
sendiri.
Gw
rasa, sebagai personal, Radit pasti mengalami banyak perubahan. Kesan “lebih
dewasa” mau gak mau gak bisa terelakkan. Semoga dalam konteks itu, dia gak
terlalu punya kekhawatiran. Karena pembaca-pembacanya pun pasti sama-sama
berkembang. Walaupun dengan seiring waktu semua orang memang akan jadi lebih
bijak, toh sifat ngocolnya emang udah jadi karakter dan berakar. Intinya, kalo
ntar dia bikin buku yang agak serius, gw sih oke-oke aja. (Lah, siapa gw? =)))
Note: Di buku ini, ada gombalan-gombalan
‘papa kamu’. Dan mengingat ini ditulis udah lama, apakah inilah awal muasalnya? Atau memang ada yang lebih
dulu mencetusnya? (Yea,yea,, what kind of
things that originally original in this such global world?) #JustCurious
0 komentar:
Posting Komentar